Sakh Oliabam (SEGERA)


Dentingan logam yang beradu. Darah segar yang berterbangan dari tebasan juga tusukan senjata. Sungai Balia berwarna merah. Alirannya yang nyaris tidak bergerak, membuat darah semakin rapat menutupi setiap sudut air.
Bayangan hitam melesat di udara, keluar dari tengah-tengah gerombolan Dormuz. Sesosok tubuh melayang ringan. Bagaikan waktu yang tiba-tiba terhenti. Gerakannya naik dengan lembut. Sebuah pedang bersinar kemilau di tangan kanannya. Terangkat tinggi di atas kedua tanduk besar yang melingkar di sisi kepalanya, aroma kematian segera menyebar di sekitar besi berukir tebaran bunga di sepanjang mata pedang. Menggenggam erat gagang yang berhias lilitan kawat putih dan permata darah di ujungnya, mata makhluk itu yang menyala merah menatap sosok kurus jauh di bawahnya.

Sep 3, 2009

Noon Cry

Selaksa daun bergoyang
Tertiup bayu deru kemarau
Lantunan merdu mengalun
Bertekuk lutut menyembah sujud

Terhitung waktu masa berganti
Beratap bulan berbilang tahun
Sebuah rasa iba menanti
Menghadap senja memohon ampun

Jogja, Boarding House,
August 27th ‘03

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More