Sakh Oliabam (SEGERA)


Dentingan logam yang beradu. Darah segar yang berterbangan dari tebasan juga tusukan senjata. Sungai Balia berwarna merah. Alirannya yang nyaris tidak bergerak, membuat darah semakin rapat menutupi setiap sudut air.
Bayangan hitam melesat di udara, keluar dari tengah-tengah gerombolan Dormuz. Sesosok tubuh melayang ringan. Bagaikan waktu yang tiba-tiba terhenti. Gerakannya naik dengan lembut. Sebuah pedang bersinar kemilau di tangan kanannya. Terangkat tinggi di atas kedua tanduk besar yang melingkar di sisi kepalanya, aroma kematian segera menyebar di sekitar besi berukir tebaran bunga di sepanjang mata pedang. Menggenggam erat gagang yang berhias lilitan kawat putih dan permata darah di ujungnya, mata makhluk itu yang menyala merah menatap sosok kurus jauh di bawahnya.

Oct 4, 2009

Bencana vs Perang

Saya bertemu orang bijak pada suatu siang, saat selesai shalat dhuhur di salah satu masjid daerah selatan Yogyakarta. Saya duduk bersamanya sejenak. Ada pancaran teduh dari wajahnya, serta kehangatan dalam mata tuanya. Dia menggelengkan kepala sejenak sebelum berbicara kepada saya. "SBY terus dicoba, pelantikan sebelumnya tsunami di Aceh, disusul gempa di Yogya. Lalu ada lumpur di Lapindo. Sekarang ada Gempa di Jawa Barat, disusul gempa di Padang kemudian Jambi. Setahu saya hanya orang-orang besarlah yang akn menerima cobaan-cobaan besar." Saya tidak mengatakan apa-apa, hanya menganggukkan kepala. Ada beberapa hal lagi yang diceritakannya, tapi ijinkan saya merangkumnya disini, serta saya tambahkan beberapa data.

Tahun 2004 tepatnya pada tanggal 24 desember, gempa berkekuatan 9,3 SK mengguncang. Gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Asia Tenggara. Kerusakan dan korban terbesar dialami Indonesia, menyusul India, Thailand dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.

click picture to enlarge

Semenjak tanggal 27 Mei 2006, di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, amukan lumpur yang berasal dari pengeboran PT Lapindo Brantas, telah memberikan sumbangsih kerugian yang begitu besar bagi bangsa ini pada umumnya dan penduduk sekitar khususnya.

Pada tanggal yang sama, Yogyakarta diguncang gempa berkekuatan 5,6 SR. Menghancurkan rumah-rumah, gedung-gedung perkantoran, perbelanjaan, gedung olahraga, sekolah-sekolah, serta situs-situs sejarah. Tercatat 6.234 jiwa menjadi korban dalam kejadian itu. Korban terbesar adalah Bantul dengan jumlah 3.968.

click picture to enlarge

Yang terbaru bencana yang melanda kita adalah gempa di Sumatera Barat dan Jambi. Begitu banyak bangunan rusak dan korban nyawa. Ada banyak aktifitas terhenti, ekonomi pun ikut terhambat. Banyak sekali yang harus dibenahi.

Yang terhangat dari manca negara adalah "Badai Ketsana". Badai yang bergerak ke barat menyisir pantai Pulau Hainan atau pesisir Vietnam ini telah menenggelamkan Fillipina. 80% persen ibukota dan 25 propinsi terendam air akibat hujan deras yang dipicu badai tropis ketsana, dan ini merupakan badai terburuk selama puluhan tahun. Badai ini telah menelan korban begitu banyak.

"Bencana adalah kehendak Tuhan. Lalu mari kita bandingkan dengan peperangan yang merupakan kehendak manusia."

Dari Sadaa, Yaman, operasi "tanah terbakar" yang dilancarkan pasukan Yaman terus saja menelan korban. Pada pertempuran di barat laut Yaman, 21 pemberontak dari Al Houthi tewas terbunuh. Sedangkan pada pekan sebelumnya, 80 orang tewas dalam pertempuran, termasuk diantaranya perempuan dan anak-anak. Sementara itu, melalui media Arab, pemimpin pemberontakan Abdel Malik AL Houthi mengatakan, "perang yang sebenarnya belum dimulai."

Sementara itu, dari dalam negeri pada kamis, 17/9, gembong teroris yang telah diburu sekian lama, akhirnya tertangkap dalam keadaan tidak bernyawa setelah pengepungan selama 5 jam di sebuah rumah di desa Kepohsari, Jebres, Solo. Catatan kejahatan Nordin sebagai gembong pemboman di Indonesia telah begitu banyak. Di dalamnya juga termasuk dalang dan pendananya. Mulai dari bom Bali, JW Marriot Hotel, Kedubes Australia, dan yang terbaru "double attack" di JW Marriot Hotel dan Ritz Carlton Hotel, Jakarta.

click picture to enlarge

Apa yang bisa kita fahami dari kejadian-kejadian ini? Bencana alam adalah suatu hal yang tidak bisa dihentikan. Kemungkinan kecil hanya bisa diprediksikan, lalu berupaya untuk meminimalkan kerusakan ataupun kerugian. Lalu kita lihat satu aspek lagi di dunia ini yang sebetulnya tidak perlu, menjadi kesenangan yang diadakan. Perang, pertempuran antara manusia. Begitu banyak biaya yang dikeluarkan yang seharusnya tidak perlu.

Bahkan Menteri Pertahanan Indonesia mengatakan biaya pengeluaran militer Indonesia "yang hanya" $4 milliar per tahunnya adalah sedikit. Bayangkan jika dana itu digunakan pada rakyat kecil. "Pak, bapak bisa buka usaha tidak dengan uang Rp. 20 juta?". "Bu, bisa ga buka usaha laundry dengan uang Rp. 15 Juta?". Sedangkan pengeluaran yang hanya untuk dihambur-hamburkan nilainya jika dijadikan rupiah dengan kurs Rp.8.900 saja = Rp.35,6 trilliun per tahunnya. Jika dibagi dengan Rp. 20 juta, maka dana itu bisa membiayai 1.780.000 kepala per tahun.

Jika mengatakan yang terkecil, sudah tentu negara-negara lainnya menghabiskan lebih banyak. Singapore per tahunnya menghabiskan dana 10x lipat dibandingkan Indonesia untuk dana militer. Sedangkan dunia pada tahun 2001 hingga 2006 saja telah mengalami kenaikan 30% untuk dana militer, dan angka ini mencapai 800 milliar euro per tahun. Hampir setengahnya adalah pengeluaran Amerika Serikat dan Inggris. Tahun 2007 Jerman menghabiskan 28 milliar euro, 1 milliar lebih besar dibandingkan tahun 2006.

itu adalah data-data yang tercatat. Belum terhitung dari pembelian senjata ilegal, pembelian oleh pihak individu ataupun teroris serta para pemberontak. Apakah hal ini perlu?

Bapak tua itu lalu bertanya kepada saya, "Apa kamu senang dengan permainan perang-perangan?". Saya menggelengkan kepala saya. Lalu dia berkata, "saat kecil saya begitu senang saat bersama teman-teman bermain perang-perangan. Tetapi saat besar saya menjadi sadar, orang bodoh adalah orang yang berperang tanpa alasan yang jelas. Para prajurit maju ke garis depan untuk membela sesuatu mengatasnamakan bangsa dan negara, tanpa mempertanyakan apa perang itu memang perlu. Tidakkah manusia lalu menjadi sadar, bahwa Tuhan sedang menguji kita dengan begitu banyak bencana, agar kita saling mengasihi dan bukan saling menyakiti." Sama saat saya mendengarkan orang tua itu, saat saya menulis ini pun seluruh tubuh saya merinding. Subhanallah.

"HENTIKAN PEMBUATAN SENJATA DAN ALAT-ALAT MEMATIKAN. SEPERTI KATA ORANG BIJAK; MULAILAH INTROSPEKSI DIRI SENDIRI SEBELUM ORANG LAIN. DAN KATA PEDAGANG; TIDAK AKAN ADA PENJUAL JIKA TIDAK ADA PEMBELI. SEBAIKNYA MULAILAH BERPERANG DENGAN BAMBU ATAU BATU, KALAU PERLU DENGAN TINJU. PALING TIDAK HANYA MEMAR-MEMAR DAN TIDAK KEMUNGKINAN KECIL BERAKIBAT KEMATIAN. SALAM."

robby syahputra
Yogyakarta 4 Oktober 2009

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More